Pondok Pesantren Al Adzkar

Jl. Pucang Tama IX/20 Batursari Mranggen Demak Telp. (024) 7743744/ HP. 085225755750

Kamis, 17 Desember 2009

HIKMAH BULAN RAMADHAN

1. Hikmah Bulan Ramadhan

Nama Ramadhan berasal dari “Ramadho-a” yang berarti batu yang dipanaskan. Orang Arab memberi nama bulan itu bertepatan dengan saat itu sangat panas. Demikian kata Imam Baghowi yang dikutip dalam kitab “Mukasyafatul Qulub” karya Imam Ghozali.

Jika kata Ramadhan merupakan bentuk mashdarnya armadha, Ramadhan berarti membakar atau menghanguskan (Baca Kamus al-Munawir). Jadi, Ramadhan dapat diartikan bulan pembakaran dosa.

Adapun keutamaan bulan Ramadhan antara lain :

  1. Bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan diharamkan jasadnya dari api neraka. Sabda Nabi Saw :

(=Barang siapa merasa gembira dengan datangnya Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya dari semua neraka.)

  1. Bulan Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah karena merupakan bulan diturunkannya al-Qur’an. Allah berfirman :

(=Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk serta pembeda (antara yang hak dan batil).

  1. Sepuluh hari yang pertama adalah rahmat, sepuluh hari yang kedua adalah maghfiroh, dan sepuluh hari yang terakhir adalah pembebasan dari api neraka. Demikian hadits Rasul Saw yang dikutip dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Ghozali.
  2. Semua kebaikan berkumpul di bulan Ramadhan. Ketaatan diterima, semua do’a dikabulkan, semua dosa diampuni dan surga merindukan orang yang berpuasa. Hal ini didasarkan kepada hadits Nabi Saw. yang dikutip di dalam kitab Durratun Nashi hin.

Tentunya masih banyak keutamaan bulan Ramadhan yang akan diterangkan pada pembahasan yang lain.

2. Pengertian Puasa & Hukumnya

Dalam kamus al-Munawir, Puasa (shoum) adalah mashdar dari madhi sho ma yang berarti menahan, mengekang (dari makan, minum dan sebagainya). Sedangkan menurut syara’ puasa adalah menahan diri dari dua syahwat, farji dan perut dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari disertai niat pada malam harinya (Baca kitab al fiqhul muyyasar fil ibadah )

Berpuasa di dalam Ramadhan adalah wajib hukumnya. Kewajiban ini berlaku untuk orang muslim yang telah baligh, berakal, dan mampu. Oleh karena itu orang kafir tidak berkewajiban untuk berpuasa, begitu pula orang gila, anak kecil, orang sakit dan orang bepergian jauh (yang boleh melaksanakan shalat jama’ dan qosor). Sedangkan anak-anak boleh dilatih untuk berpuasa. jika mampu, musafirpun boleh tetap berpuasa.

Allah berfirman :

(=Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).

3. Hikmah Berpuasa

Secara umum hikmah berpuasa adalah membentuk jiwa takwa, seperti firman Allah :

(=Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).

Di samping itu puasa dapat kita petik hikmahnya antara lain :

  1. Amal puasa adalah amal istimewa karena Allah Swt. sendiri yang akan memberikan balasannya. Nabi Saw. menghikayatkan dari Tuhannya (dalam kitab Durratun Nashihin).

(=Semua amal anak Adam itu untuk nya kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya).

  1. Berpuasa berarti beramal kejujuran siapapun tidak tahu puasa kita kecuali diri kita dan Allah Swt.
  2. Dosa-dosa yang lalu diampuni oleh Allah Swt. karena ibadah puasa kita. Rasulullah Saw. bersabda :

(=Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan dasar iman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lalu).(baca kitab Durratun Nashihin).

  1. Berpuasa itu menyehatkan jiwa dan raga.

Rasulullah Saw. bersabda :

(=Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat)

  1. Berpuasa berarti mengendalikan syahwat. Inti puasa adalah pengendalian diri dari berbuat negatif yang muncul dari dua rongga yaitu mulut dan farji. Ini sesuai dengan tujuan puasa la’allakum tattaquun (agar kalian berjiwa takwa / takut).

Rabu, 16 Desember 2009

Remaja Kita : Problem dan Cara Mengatasinya

REMAJA KITA :

Problem & Cara Mengatasinya

Pengantar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Remaja didefinisikan sebagai masa menjelang dewasa. Remaja, yang dalam istilah psikologi disebut adolescence diawali dengan masa pra remaja (Pre adolescence). Antara laki-laki dan perempuan berbeda.Luella Cole dalam bukunya Psychology of Childhood and Adolescence membedakan laki-laki dan perempuan sebagai berikut :

Pre adolescence : from eleven to thirteen years for girls

from thirteen to fifteen years for boys

Adolescence : from thirteen to twenty years for girls

from fifteen to twenty years for boys ( 1947 : 5 )

Pra remaja berumur 11-13 tahun untuk perempuan dan berumur 13-15 tahun untuk laki-laki. Remaja berumur 13-20 tahun perempuan dan 15-20 tahun untuk laki-laki.

Pada masa-masa tersebut, secara fisik mereka sudah matang sebagai orang dewasa. Namun, secara pshikis mereka masih labil di dalam bersikap menghadapi masalah-masalah di luar dirinya. Mereka membutuhkan tokoh idola yang menjadi angan-angan masa depan dirinya. Pertama kali yang akan diidolakan adalah orang tua. Jika orang tua tidak dapat diidolakan menurut angan-angannya, mereka akan melirik gurunya dan jika gurunya tidak bisa diidolakan, mereka akan melirik orang di luar rumah dan lembaga pendidikan. Disinilah peran orang tua dan guru untuk bisa diidolakan mereka.

Sebab-sebab Kenakalan Remaja

Dr. Abdullah Naskih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad menyajikan berbagai faktor yang menimbulkan kenakalan pada anak (pra remaja) yaitu,

  1. kemiskinan yang menerpa keluarga
  2. disharmoni antara bapak dan ibu
  3. perceraian orang tua
  4. kesenggangan yang menyita masa anak dan remaja
  5. pergaulan negatif dengan teman yang jahat
  6. buruknya perlakuan orang terhadap anak
  7. film-film sadis dan porno
  8. tersebarnya pengangguran di dalam masyarakat
  9. keteledoran kedua orang tua terhadap pendidikan anak
  10. bencana keyatiman (1995:109:148)

Di samping faktor-faktor di atas pengaruh acara-acara televisi saat ini tidak sedikit andilnya di dalam membentuk kepribadian anak. Prof. Dr. Azyamardi Azra, M.A. dalam bukunya Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam memerinci pengaruh-pengaruh negatif televisi bagi anak dan remaja antara lain :

  1. acara-acara televisi dapat membuyarkan konsentrasi dan minat belajar
  2. kerusakan moral
  3. timbulnya kerenggangan timbal balik antara orang tua dengan anak
  4. kesehatan mata anak dapat terganggu
  5. timbulnya kecenderungan untuk meniru gaya hidup mewah

Kemajuan teknologi informatika juga sangat berpengaruh pada perkembangan negatif jiwa anak. Sebagai contoh, kemajuan telepon seluler berkamera sangat memudahkan transfer gambar-gambar porno beserta adegan-adegannya. Kemajuan teknologi internet juga demikian. Saat ini anak kelas IX sudah mahir internet. Jika pendidik tidak mengawasi, mereka akan membuka situs-situs yang berbau pornografi maupun pornoaksi. Naudzubillamindzalik.

Usaha Preventif Mengatasi Kenakalan Remaja

Agar tidak terjadi kenakalan pada remaja, kita harus berusaha untuk mencegahnya. Solusi yang paling jitu adalah menanamkan iman yang kuat dan mengajar mereka syariat Islam. Dr. Abdullah Naskih Ulwan bukunya yang lain Hatta Ya’lama menegaskan bahwa remaja muslim harus memiliki 4 kriteria yaitu :

  1. Iman yang kuat, artinya iman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ada keraguan sedikipun, suka berjihad dan selalu berkata benar. Allah berfirman (Q.S. al Hujurat : 15)

(= Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar)

  1. Ikhlas yang sungguh-sungguh, dalam arti melakukan ibadah hanya mengharap ridho Allah. Ibadah harus didasar 3 perkara yaitu :

    1. takut (hauf) akan azab kubur, kerasnya hisab, dan azab neraka
    2. harapan (tarji’) akan nikmat kubur, ringan hisab, rahmat, maghfiroh, dan surga serta pertemuan dengan Zat Allah Swt.
    3. cinta (hub) kepada Allah

Allah Swt. telah berfirman (Q.S. al Bayyinah : 3)

(= Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus supaya mereka mendirikan shalat, membayar zakat, dan demikianlah agama yang lurus)

  1. memiliki tekat yang kuat tanpa rasa takut Allah Swt berfirman (Q.S. al Ahzab : 39)

(= Dan mereka tidak takut kepada seseorang melainkan Allah. Dan cukup Allah sebagai pembuat perhitungan)

  1. memiliki usaha yang berkesinambungan. Allah berfirman (Q.S. at Taubah:105)

(= Dan katakan : bekerjalah maka kelak Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaannya)

Untuk meraih kriteria-kriteria di atas, Allah; melalui kisah dan nasihat luqman; telah bertausiah kepada remaja (Q.S. Luqman 12-19) antara lain :

    1. bersyukur kepada Allah
    2. menyembah Allah tanpa menyekutukannya
    3. berterima kasih dan berbuat baik kepada ibu dan bapak
    4. beramal baik, karena sekecil apapun amal akan dibalas oleh Allah
    5. mendirikan shalat
    6. amar makruf nahi munkar
    7. bersabar atas musibah
    8. bertawadzuk dan menghindari sikap sombong dan ujub
    9. menyederhanakan langkah dan melunakkan suara

Syech Ibrahim as Samaraqandi dalam kitab Tanbihul Ghofilin remaja harus dididik hingga sempurna.

Sifat perwiranya, yaitu

1. birul walidain

2. bersilaturahim

3. memulyakan saudaranya

4. bagus akhlaknya

5. memelihara agamanya

6. membaguskan hartanya dan menginfaqkannya

7. memelihara lisannya

8. menetap di rumah

9. tidak bergaul dengan orang-orang yang sering melampaui batas

Keluarga Utuh: Sebuah Keharusan

Keluarga yang utuh terdiri dari suami atau isteri yang salih, anak yang berbakti, teman bergaul yang baik dan rezeki yang tidak jauh dari rumahnya. Masih dalam kitab yang sama, Syech Ibrahim as Samaraqandi menguip hadits Rasul Saw. Beliau Saw. bersabda,

(= empat tanda kebahagiaan seseorang yaitu isteri shalihah, anak yang berbakti, teman bergaul yang shalih, dan rezeki yang ada di kotanya)

Gambaran keluarga yang utuh juga dijelaskan oleh Allah dalam (Q.S. Ar Rum: 21) sebagai berikut :

  1. sakinah yaitu tenang, tentram, harmonis
  2. mawaddah yang berarti ungkapan cinta yang diwujudkan dengan perbuatan fisik seperti membelai, mencium, memeluk, dan sebagainya.
  3. rahmah yaitu akifitas cinta melalui batin lebih-lebih pada saat suami atau isteri sudah tua.

Dengan keluarga yang harmonis anak akan tumbuh dan berkembang secara wajar dan kecil kemungkinan terjadi kenakalan karena anak lebih memilih tinggal di rumah dari pada di luar rumah. Allah Swt. telah membimbing kita untuk senantiasa berdoa untuk mereka (Q.S. al Furqon : 74)

(= Ya tuhan kami anugerahi kami isteri-isteri kami dan keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa)

Epilog

Anak berkembang membutuhkan tiga tempat pendidikan yaitu keluarga yang utuh, sekolah yang baik, danmasyarakat yang senantiasa menjaga moral. Teman bergaul mereka juga harus diperhatikan, salah bergaul akan berakibat fatal. Kemajuan teknologi informatika dan teknologi seperti televisi, HP berkamera, internet, dan sebagainya harus diarahkan penggunaannya sehingga anak bisa memilih dan memilah mana yang bermanfaat. Wallahu a’lam.

Buku-buku rujukan

  1. Al Qur’anul Karim
  2. Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam – Prof. Dr. Azyumardi Azra,M.A
  3. Hatta Ya’lama – Dr. Abdullah Naskih Ulwan
  4. Kamus Besar Bahasa Indonesia – Depdikbud
  5. Kiat Meraih Rezeki – Drs. H. Malikun
  6. Psychology of Childhood and Adolecence – Luella Cole
  7. Tanbihul Ghofilin - Syech Ibrahim as Samaraqandi

Muhasabah

Muhasabah Menjelang

Tahun Baru

Bulan ini, baik Dzulhijah maupun Desember adalah bulan terakhir tahun ini. Ini menandai bertambahnya umur kita, sekaligus berkurangnya kesempatan menikmati kehidupan dunia fana ini. Dengan demikian, sadar ataupun tidak ajal pun sudah dekat.

Allah Azza Wajalla yang menghidupkan dan mematikan kita telah rapi mencatat amal-amal kita setahun ini, kelak amal-amal itu akan terlihat oleh kita sekecil apapun. Firman Allah (Q.S. al zalzalah 7-8)

(= Maka barang siapa beramal seberat semut pudak suatu kebaikan maka akan melihatnya dan barang siapa beramal seberat semut pudak suatu kejahatan maka akan melihatnya pula kelak)

Sebuah amal tentu memiliki akibat. Amal yang baik akan berakibat kebaikan pula dan amal yang buruk akan berakibat keburukan pula. Pada akhirnya, amal-amal itu akan kembali kepada pelakunya. Konsep Quran menyatakan :

(= Barang siapa yang beramal kebajikan maka akan kembali kepada dirinya dan siapa yang beramal keburukan maka atasnya pula)

Meminjam istilah petani,

“Siapa menanam cabe akan memaneni cabe. Begitu pula yang menanam tomat akan memaneni tomat”.

Sebagai orang yang beriman kita yakin akan Yaumul Hisab dan Yaumul Mizan. Amal kita kelak akan diperhitungkan dan akan ditimbang. Q.S. al Qori’ah telah memberitakan kepada kita bahwa yang berat timbangan amal kebaikannya akan diridhoi oleh Allah yang berarti surga tempatnya, sedang yang ringan amal kebaikannya akan dimasukkan ke dalam neraka Hawiyah, neraka yang sangat panas.

Hidup di dunia ini penuh dengan godaan kesibukan urusan duniawi, mengumpulkan harta, berlomba lomba meraih pengikut yang banyak, sibuk urusan isteri dan anak serta sibuk lainnya. Allah sebenarnya telah mengingatkan kepada kita (Q.S. at Takatsur : 1-3)

(= Memperbanyak harta dan pengikut telah telah melalaikan kalian hingga kalian masuk kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui)

Oleh karena itulah, kita harus meneliti persiapan kita menghadapi kehidupan yang lebih kekal. Allah Swt. berfirman (Q.S. al Hasyr : 18)

(= Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).

Dan sabda Nabi Saw.

(= Orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa menghisap dirinya dan beramal untuk hari setelah dia mati. Orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan atas Allah)

Tahun baru 1431 H dan 2010 sebentar lagi akan tiba. Untuk menghadapinya para ulama menyarankan lima hal :

  1. Muhasabah yaitu menghitung amal kita sendiri. Yang baik kita ucapkan alhamdulillah dan yang buruk kita beristighfar. Umar r.a mengatakan

(= Hisablah dirimu sebelum kamu sekalian dihisab dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang)

  1. Mu’ahadah yatitu mengikat janji kita kepada Allah. Dalam shalat kita ucapkan

(= Hanya kepada Engkau aku menyembah dan hanya kepada Engkau aku mohon pertolongan)

Dan

(= Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam)

  1. Mujahadah yaitu bersungguh-sungguh kepada Allah agar kita mendapat petunjuk-Nya. Allah berfirman (Q.S. al ankabut : 69)

(= Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami)

  1. Muqorobah yaitu senantiasa merasa diawasi oleh Allah seperti kita terapkan Ihsan dalam ibadah. Yaitu merasa melihat Allah atau merasa dilihat Allah.

  1. Mu’aqobah yaitu memberi saksi kepada diri kita mana kala kita khilaf

Minggu, 13 Desember 2009

Silatur Rahmi

SILATUR RAHMI

Janji bagi yang menyambungnya & ancaman

bagi yang memutuskannya

Oleh : Drs. H. Malikun

Pengantar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1490) Silaturahmi atau silaturahim diartikan sebagai bentuk hubungan persaudaraan. Hal ini merujuk pada sumbernya yaitu bahasa Arab. Prof. Dr. Mahmud Yunus dalam Kamus Arab – Indonesia menjelaskan ﺻﻠﺔ berarti pemberian atau penyambungan, ﺮﺤﻢ berarti tali persaudaraan. Dua kata itu ditarkibkan dalam bentuk Idhofat (kata majemuk) menjadi ﺻﻠﺔﺍﻠﺮﺤﻢ yang berarti menyambung tali persaudaraan.

Silaturahim Mendekatkan Pelakunya ke Surga

Syech Abu Lais as Samaraqandi dalam kitab Tanbihul Ghofilin menyebutkan tiga akhlak penduduk surga yaitu :

  1. berbuat baik terhadap orang yang berbuat jelek kepadanya.
  2. memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya.
  3. Memberikan sesuatu kepada orang yang menghalanginya (untuk berbuat baik)

Ketika seorang Arab Badui bertanya kepada Rasul Saw. ”Kabarkan kepadaku dengan apa bisa mendekatkanku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka?” beliau menjawab

(= Bahwa kau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, dan menyambung silaturahim)

Dari uraian di atas nampaklah bahwa Silaturahim merupakan salah satu amal yang mampu mendekatkan pelakunya ke surga dan menjauhkannya dari api neraka.

Silaturahim Sejajar dengan Taqwa

Perintah menyambung Silaturahmi diperintahkan oleh Allah Swt dalam al Qur’an sejajar dengan perintah taqwa (QS. An Nisa : 1)

(= Bertaqwalah kepada Allah Zat yang kepada-Nya kalian meminta dan takutlah memutus tali silaturahim)

Ayat di atas memerintahkan kita untuk takut kepada :

  1. Allah yang senantiasa kita meminta kepada-Nya
  2. memutuskan silaturahim.

Orang yang memutuskan silaturahim dikategorikan oleh Allah ke dalam golongan fasiqin (orang-orang yang fasiq) dan khosirun (orang-orang yang rugi) Firman Allah (Q.S. al Baqoroh [2]: 27) menyatakan

(= Orang-orang fasiq yaitu orang-orang yang mengingkari janji Allah setelah berjanji kepada-Nya, orang-orang yang memutuskan sesuatu yang telah diperintahkan Allah untuk menyambungnya, dan orang-orang yang berbuat kerusakan dimuka bumi. Orang-orang itulah termasuk orang-orang yang rugi)

Di samping itu, pemutus silaturahim dilaknat Allah, ditulikan dari mendengarkan kebenaran dan dibutakan matanya dari melihat kebenaran. Allah menyatakan dalam al Qur’an surat Muhammad ayat 22-23,

(= Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka)

Silaurahmi Memanjangkan Usia

Salah satu manfaat Silaturahim adalah memanjangkan usia. Hal itu dibenarkan pula oleh Kitab Taurat. di dalamnya disebutkan bahwa manfaat silaturahim adalah

  1. memanjangkan umur
  2. memudahkan urusan
  3. mencegah kesulitan

seorang mufasirin, Syech Dhuhak menafsiri ayat

(=Allah menghapus apa saja yang Dia kehendaki dan menetakkan-Nya)

sebagai berikut : sesungguhnya orang yang menyambung silaturahim jika usianya tinggal 3 hari maka Allah menambah 30 tahun sedangkan yang memutuskannya jika usianya tinggal 30 tahun Allah mengurangi 3 hari.

Kaitannya dengan memanjangkan umur para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa umurnya dipanjangkan dari usia yang telah dijanjikan Allah. Ulama lain berpendapat bahwa maksud dipanjangkan umurnya adalah usia tetap seperti perjanjiannya dengan Allah, tetapi Allah memberi pahala amal setelah kematiannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah

(= Maka jika ajal mereka datang, tidak bisa ditunda satu jam dan tidak pula dimajukan)

Silaturahim Meluaskan Rezeki

Ada lima hal jika mendawamkannya akan memperoleh tambahan kebaikannya sebesar gunung dan akan diluaskan rezekinya yaitu :

  1. mendawamkan shadaqah sedikit atau banyak
  2. mendawamkan silaturahim
  3. mendawamkan jihad fi sabilillah
  4. mendawamkan wudhu
  5. mendawamkan taat kepada orang tua

Rasulullah Saw bersabda (yang artinya), ” Barang siapa ingin rezekinya dilapangkan dan usianya dipanjangkan maka peliharalah hubungan silaturahim” ( H.R.Buchori & Muslim)

Silaturahim dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1. bersilaturahim dengan berkunjung dan membawa hadiah
  2. bersilaturahim dengan berkunjung saja
  3. bersilaturahim dengan berkirim salam

Kesimpulan dan Penutup

Akhirnya kita bisa menyimpulkan bahwa silaturahim sangat penting dalam kehidupan kita baik di dunia maupun akhirat. Syech Ibrahim as Samaraqandi 10 hal yang terpuji di dalam silaturahim yaitu :

  1. di dalamnya terdapat ridho Allah
  2. menjadikan orang lain bahagia
  3. malaikat menjadi senang karenanya
  4. ada pujian dari orang yang beriman
  5. menjadikan iblis laknatullah sedih
  6. menambah umur
  7. rezekinya menjadi berkah
  8. membahagiakan orang yang telah meninggal
  9. tambahnya cinta kasih
  10. tambahnya pahala setelah mati (Allahu a’lam)

Sumber Rujukan :

  1. Al Qur’anul Karim
  2. Kitab Tanbihul Ghofilin – Syech Ibrahim as Samaraqandi
  3. Kitab Riyadhush Sholihin – Imam Nawawi
  4. Buku Kiat Meraih Rezeki – H. Malikun
  5. Kamus Arab-Indonesia – Prof. Dr. Mahmud Yunus
  6. Kamus Besar Bahasa Indonesia - Depdikbud

Sabtu, 12 Desember 2009

QURBAN :UPAYA TAQARUB KEPADA ALLAH

1PPENGERTIAN QURBAN

Qurban adalah menyembelih hewan ternak sebagai suatu bentuk ibadah pada Hari Raya Idul Adha (Hari Raya Haji). Tujuannya adalah untuk mendekatkan diri atau mencari ridho Allah Swt.

Tiap-tiap tahun, umat Islam diperintah oleh Allah untuk melakukan qurban. Adapun perintah suci ini adalah untuk mengikuti perbuatan Nabi Ibrahim yang telah melakukan qurban terhadap anak yang sangat dicintainya, yaitu Nabi Ismail yang kemudian diganti oleh Allah dengan kibas. Beliaulah yang memulai syariat cara penyembelihan binatang itu.

Allah Swt. berfirman :

(= Dan bagi tiap-tiap umat kami syariatkan penyembelihan qurban, agar mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh)

2. HUKUM QURBAN

Mengenai hukum qurban, sebagian ulama berpendapat wajib bagi mereka yang mampu, sedangkan sebagian ulama yang lain berpendapat sunnah muakkad (dianjurkan).

Alasan ulama yang berpendapat bahwa kurban itu wajib yaitu berpedoman pada :

Firman Allah Swt. :

(= Sesungguhnya kami telah memberi kepadanya nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah).

Sabda Rasulullah Saw. :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. telah bersabda : “barang siapa yang memiliki memampuan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat shalat kami”. (H.R. Ahmad & Ibnu Majah).

Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa qurban itu sunah muakkad yaitu berpedoman pada sabda Rasulullah Saw. yang lain :

Dari Abdullah bin Aun berkata ia: bersabda Rasulullah Saw. “Hai manusia, sesungguhnya atas tiap-tiap ahli rumah pada tiap-tiap tahun disunahkan berqurban.

(HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)

Saya disuruh menyembelih kurban, dan qurban itu sunah bagi kamu (HR. Tirmizi)

Diwajibkan kepadaku berqurban, dan tidak wajib atas kamu. (HR. Daruqutni)

3. HIKMAH QURBAN

Adapun keutamaan dari berqurban adalah sebagai berikut :

a. Darahnya yang telah menetes jatuh ke bumi itu menjadi ampunan bagi dosa yang telah lalu.

Sabda Rasulullah Saw.

Dari Abu Said Al Khudri r.a bahwasanya Rasulullah Saw. pernah berkata kepada fatimah r.a : ”Bangunlah, saksikanlah qurbanmu itu, sesungguhnya titik pertama dari darahnya yang menetes itu diampuni dosamu yang telah lalu (HR. Baihaqi)

b. Darahnya itu memberatkan timbangan kebajikan di hari kiamat setelah amal perbuatannya dihisab.

Dari ‘Aisyah r.a. dari Nabi Saw. bersabda : “Berqurbanlah kamu dengan hati yang rela, sesungguhnya tiap-tiap muslim yang menghadapkan sembelihannya kea rah kiblat maka darahnya, kotorannya, dan bulunya itu adalah kebajikan dan bakti kepada timbangannya pada hari kiamat. (HR.Baihaqi).

4. SYARAT HEWAN QURBAN

Hewan yang sah untuk qurban adalah yang tidak bercacat. Misalnya pincang, sangat kurus, sakit, putus telinga dan putus ekornya.

Sabda Rasulullah Saw.

Dari Barra’ bin ‘Azib Rasulullah Saw. bersabda : empat macam binatang yang tidak sah dijadikan qurban 1) rusak matanya 2) sakit 3) pincang 4) dan kurus tidak berlemak

(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Tirmizi).

Ketentuan hewan qurban adalah sebagai berikut :

  1. Domba yang sudah berumur satu tahun lebih atau sudah berganti giginya.
  2. Kambing yang telah berumur dua tahun lebih.
  3. Unta yang telah berumur lima tahun lebih.
  4. Sapi, kerbau yang telah berumur dua tahun lebih.

Berqurban dapat dilakukan sendiri-sendiri atau secara kolektif, tergantung dari hewan yang akan diqurbankan :

- Ternak kambing hanya dapat diniatkan untuk qurban 1 orang

diceritakan oleh Anas bahwa Rasulullah Saw. berqurban dua ekor kambing yang baik-baik (HR. Bukhori dan Muslim).

- Ternak sapi, kerbau, dan unta dapat diniatkan qurban untuk tujuh orang sampai sepuluh orang.

Dari ibnu Abbas, “Pernah kami bersama-sama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, ketika itu datang hari qurban, maka kami bersama-sama menyembelih seekor sapi untuk tujuh orang dan seekor Unta untuk sepuluh orang (HR. Tirmizi dan Nasai).

5. CARA MENYEMBELIH QURBAN

Waktu ditetapkannya berqurban adalah pada Hari Raya Haji, tepatnya setelah shalat Idul Adha sampai 3 hari sesudahnya (13 Dzulhijah).

Sabda Rasulullah Saw.

“Barang siapa menyembelih qurban sebelum shalat hari raya haji,maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri,dan barang siapa menyembelih sesudah shalat hari raya dan korbannya, dan ia telah menyalami aturan islam (Riwayat Bukhori)

Orang yang berqurban boleh memakan sedikit daging dari hewan yang diqurbankannya.

Firman Allah Swt.

(= Maka makanlah sebagian darinya, dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi faqir).

Terkecuali bagi mereka yang bernadzar melakukan qurban, maka tidak boleh memakan sedikitpun dari hewan yang tekah diqurbankannya. Dengan kata lain semua dagingnya harus disedekahkan.

Sunah sebelum menyembelih hewan qurban :

  1. Membaca bismilah.
  2. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
  3. Membaca takbir
  4. Berdo’a : “Allahumma taqabbal hadzihi min ……..(sebutkan nama orang yang berqurban).

Sunah pada saat menyembelih qurban :

  1. Memotong dua urat yang ada di kanan kiri leher agar lekasa matinya
  2. Binatang yang panjang lehernya sunah disembelih dipangkal lehernya,.supaya mudah matinya.
  3. Binatang yang disembelih hendaklah digulingkan ke sebelah rusuknya yang kiri, supaya mudah menyembelihnya.
  4. Dihadapkan kiblat

6. SUNAH SHALAT MUTLAK

Setelah menyaksikan penyembelihan qurban disunahkan untuk melaksanakan shalat mutlak yang dilakukan berjamaah dengan keluarganya. Kemudian berdo’a, mohon apa yang menjadi hajatnya.

7. EPILOG

Akhirnya, qurban adalah ibadah yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita diberi kekuatan untuk berqurban. Amin.

KITAB RUJUKAN :

1. Al Qur’anul Karim

2. Fiqih Islam H. Sulaiman Rasjid

3. Fiqih Syafi’i Al Ustazd H. Idris Ahmad S.H.

4. Fathul Mu’in Drs. Aliy As’ad